Tepat 3 minggu yang lalu, cita-cita untuk
bisa mengunjungi Yogyakarta terwujud. Masih ingat dengan postingan yang ini?
Sesungguhnya ini tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Iya. Selalu saja
ada hal yang membuat tabungan itu tidak bertambah. Malah berkurang. Hahaha,
tidak untuk dicontoh! XD
Rabu, 3 Oktober 2018
Kamis, 4 Oktober 2018
Jumat, 5 Oktober - Minggu, 7 Oktober 2018
Senin, 8 Oktober 2018
Lalu, bagaimana caranya agar impian itu bisa
terwujud? Perjalanan yang menjadi cita-cita sejak.. film AADC 2 rilis. Sejak..
temanku Farras yang selalu memberi semangat, tuntutan, tips, dan foto yang
semakin membuat ingin menyegerakan kesana. Sebenarnya, sudah 2 kali aku
mengunjungi kota tersebut. Study tour SMP dan Study Banding SMA. Tapi
perjalanan kali ini berbeda. Sendiri, mandiri, dan.. nekat.
Beberapa kali
niat itu gagal, niat itu dibatalkan, rencana itu tidak berjalan semestinya. Aku
sudah merencanakan perjalan ini bersama teman-temanku di kampus. Kami sudah
menabung bersama. Berencana bahwa liburan akhir semester genap kemarin menjadi
awal mula cerita kami di Yogyakarta. Rencana hanyalah rencana. Istilahnya, H2C
alias Hayu-Hayu Cicing. Memang, aku yang menjadi otak dari niat liburan ini,
sementara lainnya tidak semenggebu niat yang aku miliki. Maka ketika tidak
terlaksana, mungkin kekecewaan tidak menjadi beban.
Berawal dari keinginan melakukan perjalanan
yang bermanfaat. Tidak sekedar liburan. Karena aku berpikir dengan ini, mungkin
Allah akan merestui. Bahkan bisa jadi dibiayai. Maka dimulailah pencarian
kegiatan yang dilaksanakan di Yogyakarta agar berlibur sekaligus menambah ilmu,
dan aku bertemu dengan Youth Adventure Day 2018. Perjalanan 6 hari 5 malam pun
terlaksana. Dengan menginap di sebuah kos mahasiswi, Linda namanya, adik dari Kharisma, teman sekelasku. Pada perjalanan ini, aku membagi menjadi 3 bagian dengan judul tulisan Yogyakarta dan Pengabulan Doa, Yogyakarta dan Pencapaian Mimpi, dan Youth Adventure Day 2018.
Selasa, 25 September 2018
Selasa, 25 September 2018
Keberangkatan menuju kesana banyak
pertimbangan. Karena, ini perjalanan jauh pertama seorang diri. Bingung, antara
menggunakan bis atau kereta. Karena lagi-lagi masalah biaya. Naik bis memang
mudah karena keberangkatannya bisa dimulai dari Purwakarta, tapi tentu harga
tiket lebih mahal, katanya. Berhubung aku tak tahu rute, dan masalah anak
kampung yang merasa mual jika menaiki bis (padahal ber-ac) untuk perjalanan jauh,
aku memilih untuk menaiki kereta api, ekonomi. Meskipun keberangkatan harus
dimulai dari stasiun Kiara Condong, Bandung. Malam itu aku memesan tiket via
aplikasi Tr*velok*, dengan memanfaatkan diskonnya. Lumayan, potongan 25 ribu
dengan tiket berangkat pada Rabu, 3 Oktober 2018 pukul 18.15 WIB dari Stasiun
Kiara Condong, dan pulang pada Senin, 8 Oktober 2018 pukul 14.10 WIB dari
Stasiun Lempuyangan.
Harga total yang harus aku bayar ialah
Kahuripan (berangkat) Rp 80.000
Pasundan (pulang) Rp 88.000
Convenience Fee Rp 15.000
Asuransi Rp 12.500
Potongan Rp 205 + Rp 20.000
Total Rp 175.295
Selasa, 2 Oktober 2018
Harga total yang harus aku bayar ialah
Kahuripan (berangkat) Rp 80.000
Pasundan (pulang) Rp 88.000
Convenience Fee Rp 15.000
Asuransi Rp 12.500
Potongan Rp 205 + Rp 20.000
Total Rp 175.295
Selasa, 2 Oktober 2018
Persiapan baru dimulai H-1 karena kegiatan di
kampus sedang padat sebenarnya. Meminjam carrier pada
kakak tingkat, dan power bank pada teman karena gawai yang sudah sulit
diandalkan ketahanan baterainya. Alhasil, packing yang
tidak baik, terlalu menghamburkan banyak ruang menjadi permasalahan yang
dihadapi. Tapi mau bagaimana lagi, resiko seorang deadliner. Satu carrier, dan satu
mini daypack kiranya cukup. Meski disertai embel-embel matras diluar, dan satu
kantung keresek berisi air mineral+snack.
Rabu, 3 Oktober 2018
Perkuliahan dimulai pukul 08.00 WIB berakhir
pukul 12.00 WIB. Jujur saja, pikiranku entah kemana saat di kelas. Raga disana,
tapi pikiran sudah ingin pergi menuju Yogyakarta. Pukul 12.00 WIB aku bergegas
menuju Pasar Jumat, melengkapi perlengkapan. Mini daypack yang aku maksud
sebelumnya juga baru dibeli hari itu. Pukul 13.00 WIB kembali ke rumah dan
menyelesaikan barang yang harus dibawa. Pukul 13.50 WIB menuju travel *rnes.
Sayangnya, tiket yang tersedia pukul 15.30 WIB. Mau tidak mau harus menunggu
dengan hati yang cemas, takut tertinggal kereta. Pukul 16.50 WIB sampai di
Baltos, Bandung. Langsung dilanjut dengan memesan Gr*bbike untuk perjalanan
selanjutnya. Sempat ditolak 2x, padahal sedang buru-buru. Untungnya, driver ketiga
mau mengantar.
Pertama kalinya sampai di Stasiun Kiara
Condong ternyata jarak gerbang dengan pintu masuk cukup jauh, ada rasa kecewa
karena driver tidak
menawarkan diri untuk mengantar sampai dalam. Padahal perihal uang parkir pasti
akan ditambah oleh penumpang. Sempat kebingungan untuk mencetak tiket, bertanya
kepada petugas. Kemudian mencetak tiket untuk keberangkatan. Menunggu sebentar,
dan ternyata stasiun ramai sekali hari itu. Aku mencoba bergabung, namun karena
nafas yang masih terengah-engah membuat mengurungkan niat. Hanya mengabari
orang tua, teman, dan Farras yang sebelumnya sudah bertanya tentang posisiku.
Sekitar pukul 17.00 WIB lewat, petugas memberi tahu bahwa kereta Kahuripan
sudah siap dan penumpang diminta menaiki kereta.
Seorang diri mengantri
untuk melewati pemeriksaan petugas dengan ke-ribet-an yang diciptakan sendiri,
menyiapkan kartu identitas (KTP) dan tiket kereta yang tersobek sedikit pada
bagian ujung sebelah kiri atasnya. Karena ini merupakan pengalaman pertama, aku
memutuskan untuk langsung menaiki gerbong kereta. Mencari nomor tempat duduk di
gerbong Ekonomi 4 kursi 15 E, kursi yang aku pilih ini untuk duduk berdua, dan
aku memilih duduk dekat dengan jendela. Dengan harapan tidak pusing saat
perjalanan karena bisa melihat pemandangan yang sebenarnya tak terlihat apa-apa,
tertelan gelapnya malam.
Bersebelahan dengan
seorang ibu sekaligus mahasiswi S2 di sebuah universitas negeri di Sumedang, serta
berhadapan dengan seorang mahasiswi fresh
graduated sebuah universitas negeri di Surabaya. Keduanya merupakan lulusan jurusan keperawatan. Dan sesungguhnya,
ibu itu adalah lulusan sarjana yang satu almamater dengan mahasiswi fresh graduated. Bisa dibayangkan kala
itu, mereka dengan mudahnya bisa membangun topik karena berasal dari latar
belakang yang sama dan asal daerah yang sama. Aku? Sesekali mendengarkan dan
melemparkan tanya. Hanya mengamati dan ikut tertawa. Padahal, bahasa yang
mereka pakai adalah bahasa jawa, dimana bukan bahasa daerahku. Kembali mengabari
orang tua, dan Farras adalah pilihan yang terbaik. Mengenai makan malam? Tentu aku
sudah mempersiapkannya dari rumah. Membawa nasi, dan memakannya dalam kereta
yang berjalan. Aku beruntung, nomor kursi yang ku pesan ternyata searah dengan
lajunya kereta. Sehingga tidak ada penyebab pusing tambahan dikarenakan posisi
yang membelakangi. Terima kasih video youtube.
Perjalanan diisi dengan
tertidur, sesekali terbangun karena suara pemberitahuan sudah sampai di stasiun
apa. Ah, aku rindu suara itu. Ada satu hal yang sebenarnya tidak pernah
terpikirkan. Farras memberitahu bahwa dia akan menjemput di Stasiun
Lempuyangan, dimana kedatangan kereta pukul 02.40 WIB, padahal di daerah sana pada
pukul segitu banyak Klitik alias begal---.
Kamis, 4 Oktober 2018
Pukul 02.00 WIB aku terbangun. Seperti
perjanjian sebelumnya, aku akan mengabari Farras 10 menit sebelum sampai di
stasiun. Maka untuk mengisi waktu, yang aku lakukan adalah scrolling timeline. Tidak terasa tepat pukul 02.30 WIB, aku meneleponnya
sekaligus membangunkannya, memberitahukan bahwa 10 menit lagi akan sampai di
stasiun. Pukul 02.40 WIB kereta sampai di Stasiun Lempuyangan. Beristirahat sebentar
dengan raut wajah yang lulungu, mengamati
keadaan sekitar dan bersyukur akhirnya bisa sampai di Yogyakarta. Sambal menunggu
jemputan, aku mendirikan sholat di mushola stasiun, berdandan secukupnya untuk
menutupi wajah yang sangat pucat dilihat. Farras tiba, dan sedikit mengeluh karena
lamanya aku keluar dari peron. Sempat ada miss
komunikasi tentang pintu keluar, yang akibatnya aku harus berjalan menuju
pintu masuk stasiun. Lalu kami bertemu, dan menghabiskan Kamis dengan
mengelilingi Yogyakarta. Selengkapnya di Yogyakarta dan Pencapaian Mimpi.
Jumat, 5 Oktober - Minggu, 7 Oktober 2018
Petualangan Youth Adventure Day
2018 dimulai. Selengkapnya di Youth Adventure Day 2018. Dan pada Minggunya, ada hal yang
seharusnya tak terjadi, Yogyakarta dan Pencapaian Mimpi.
Senin, 8 Oktober 2018
Menghabiskan pagi hingga siang hari sebelum pulang dengan
berkeliling Yogyakarta, bersama dua teman baru, dari Bandung. Pukul 13.07 WIB, Farras menelepon untuk bertanya posisi. Dia
menjemput menggunakan motornya, dan aku pergi menuju stasiun terlebih dahulu
daripada kedua temanku. Sedikit terburu-buru karena waktu yang mepet dengan keberangkatan kereta. Agak panik
takut terjebak macet. Setelah mencetak tiket, dan mengobrol sebentar dengan
Farras. Kedua temanku datang. Kami langsung mengantri menaiki kereta. Aku berpisah
dengan Farras. Pukul 24.00 WIB kami sampai di stasiun. Menunggu hingga subuh untuk
bisa melanjutkan perjalanan. Aku memesankan temanku Gr*ab agar dia bisa pulang
terlebih dahulu menuju rumahnya di Cimahi. Ini adalah waktu terburuk, aku
menunggu dengan kegabutan. Cukup lama
hingga temanku sampai di rumahnya, dan aku memesan Gr*b untuk menuju travel
*rnes di Baltos, Bandung. Menaiki travel keberangkatan pertama pada pukul 05.35
WIB, dan sampai di Purwakarta pukul 06.40 WIB.
Mengejar
kelas pagi, pukul 07.00 WIB, ketika sampai di travel Gi*nt, langsung bergegas
menuju kampus di seberang, padahal gerbang swalayan tersebut masih tertutup
rapat. Akhirnya dengan nekat aku memanjat gerbang. Hahaha, yang terpenting
sampai dan bisa bersegera menuju tempat kos Widia, menumpang mandi dan meminjam
baju untuk bersiap masuk kelas. Meski seperti yang sudah diperkirakan, kami
berdua kesiangan. Pukul 07.20 WIB baru sampai di kelas, tapi dosenku kala itu
sangat baik. kami dipersilakan masuk dan mengikuti kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar